Proses
Sosialisasi
Pendahuluan
Individu dalam
masyarakat akan mengalami proses sosialisasi dan juga merupakan proses
transmisi kebudayaan antar generasi, karena tanpa sosialisasi masyarakat tidak
dapat bertahan melebihi satu generasi. Syarat penting untuk berlangsungnya
interaksi adalah interaksi sosial , karena tanpa innteraksi sosial sosialisasi
tidak mungkin berlangsung.
Dari konsep-konsep tersebut dapat disimpulkan bahwa
melalui proses sosialisasi individu diharapkan dapat berperan sesuai dengan
nilai yang berlaku dalam masyarakat dimana ia berada. Oleh karena itu barulah
kita mengetahui betapa pentingnya sosialisasi itu dalam keberlangsungan suatu
masyarakat.
Individu dapat menjadi makhluk sosial dipengarui oleh faktor keturunan (heredity) dan faktor
lingkungan(environment). Fakto keturunan faktor yang ada sejak lahir dan
merupakan transmisi unusur-unsur dari orang tuanya melalui proses genetika,
jenis kelamin, suku bangsa wana kulit, yang semuanya tidak bisa diubah lagi.
Sedangkan faktor lingkungan adalah
faktor luar yang mempengaruhi organisme dan yang membuat kehidupan bertahan.
Misalnya: pendidikan, pekerjaan, dan lain sebagainya yang dapat berubah-ubdah
dalam kehidupan individu serta tergantung pada usahanya. Kedua faktor ini sama
penting dan saling berinteraksi serta melengkapi dalam membentuk prilaku
tertentu dari individu.
Sosialisasi dialami oleh individu sebagai makhluk sosial
sepanjang kehidupannya sejak ia dilahirkan sampai meninggal dunia. Karena
interaksinya merupakan kunci keberlangsungan proses sosialisasi maka diperlukan
agen sosialisasi, yakni orang-orang di sekitar individu yang mentransmisikan
nilai-nilai atau norma-norma tertentu baik secara langsung maupun tidak
langsung. Menurut tahapannya sosialisasi dibedakan mennjadi dua tahap:
- Sosialisasi primer, sebagai sosialisasi yang pertama dijalani individu semasa kecil, melalui mana ia menjadi anggota masyarakat.
- Sosialisai sekunder, didefinisakan sebagai proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasi kedalam sektor baru didunia obyektif masyarakatnya.
II.
sosialisasi sebagai suatu proses
Individu dari yang
tadinya hanya sebagai makhluk biologis melalui proses sosialisasi ,belajar
tentang norma, bahasa, simbol, keterampilan dan sebagainya untuk diterima
didala masyarakat, di perlukan kemampuan untuk menilai secara obyektif perilaku
kita sendiri dari sudut pandang orang lain. kemampuan tersebut berarti
seseorang tersebut sudah memiliki apa yang dinamakan self.’ ' (diri).
'Self" terbentuk dan berkembang melalui proses sosialisasi, dengan cara
berinteraksi dengan orang lain. Dalam penjelasan nya charles horton coley
memperkenalkan konsep Dalam penjelasan nya charles horton coley memperkenalkan
konsep 'looking glass self , di mana senantiasa dalam bentuk individu terjadi
suatu
proses yang ditandai
oleh 3 tahap, terpisalr, yaitu:
1.
Persepsi, dalam tahap ini kita membayangkan
bagaimana orang melihat kita
2.
Interpretasi dan definisi, di sini kita
membayangkan bagaimana orang lain
menilaipenampilan kita;
3.
Respons, berdasarkan persepsi dan interpretasi
individu tersebut menyusun respons. Ketiga tahap ini merupakan proses yang
selalu pada diri kita.
Berbeda dengan cooley,
herbert mead berpendapat bahwa orang yang sudaah memiliki self dijumpai pada
penguasaan bahasanya, yakni pada anak-anak yang berusia lima tahun . kemampuan
untuk menganggap diri sebagai objek dan subjek secara sekaligus ini diperoleh
dalam tiga tahap berikut:
- Play Stage.
Dalarn tahap ini anak
mengembangkan kemampuannya untuk melihat dirinya sendiri. Kegiatannya tidak
konsisten, tidak terorganisir,peranan berganti-ganti, karena belum ada konsepsi
yang terpadu mengenai dirinya;
- GameStage
Berbeda dengan play stage,
di sini ada himpun anyangterorganisir. Anak harus sudah_mengetahui posisinya dalam
konteks yang lebih Luas dan memberikan tanggapan terhadap harapan-harapan orang
lain; individu sudah mampu menghubungkan dirinya dengan komunitas dimana ia
menjadi anggotanya.
III.
Sosialisasi pengalaman sepanjang hidup
Sosialisasi merupakan suatu proses yang dialami oleh
setiap individu sebagai makhluk sosial di sepanjang kehidupannya, dari ketika
ia dilahirkan sampai akhir hayatnya. Bentuk-bentuk sosialisasi berbeda dari
setiap tahap kehidupan individu dalam siklus kehidupannya. Dari setiap tahap
sosialisasi agen sosialisasi pun berbeda.
George Ritzer membagi siklus kehidupan manusia menjadi
emapat tahap, yaitu tahap kanak-kanak, tahap remaja, tahap dewasa, dan tahap
orang tua.
1. Masa kanak-kanak
Setiap
orang tua mempunyai kewajiban untuk mengajarkan pada anak- anaknya tentang
kehidupan ini. Seorang ahli sosiologi akan melihat kewajiban ini sebagai bagian
dari peran sosial orang tua. Walaupun pada dasarnya setiap orang meniahami
tentang apayang diinginkan masyarakat, akan tetapi ada perbedaan yang
substansial tentang pengertian akan jalan yang benar dalarn hidup. Apa yang
dianggap benar atau tidak baik oleh seseorang akan bergantung dari kedudukannya
di dalam masyarakat
(George Ritzer, 1979: I
13).
Akan
tetapi proses sosialisasi dengan transmisi langsung ini juga tidak
bisa sepenuhnya
dianggap benar karena:
1. Sosialisasi adalah proses yang lebih kompleks
dibandingkan dengan transmisi secara langsung itu sendiri. Orang tua tidak
dapat selalu mengatur dan menentukan anak sesuai dengan keinginannya.
2. Pandangan tersebut
lupa bahwa sosialisasi adalah proses yang stabil, terutama dalam keluarga.
Sosia[sasi seringkali terjadi hanya dengan contoh melalui alat-alat verbal.
3. Selain keluarga
adabanyak institusi lain yang dapatturut serta dalam proses sosialisasi seorang
anak. oleh karena itu orang tua tidak dapat dengan sempurna menginginkan
anaknya menjadi siperti yang ia inginkan (George Rit zer, 1969 . 114).
Proses sosialisasi pada rahap ini dapat di gambarkan melalui kerangka
A-G-I-L yang diperkenarkan oreh Tarcott Farsons daram menganarisis tindakan-tindakan
sosial (D.p. Johnson, 1086, hlm, l28 – 1 6), Fase-fase seperti Adaption, Goar
Attairntent, Inregration dan Larent partter Maitenance tidak ada batasan yang
jeras, karena merupakan suafu proses yang terjadi secara sinambung. Fase-fase
tersebut dalam proses sosialisasi di jelaskan sebagai berikut:
1. Fase Laten
Dalam fase ini proses
sosiarisasi yang berrangsung berum terlihat
nyata. Pengenalan anak terhadap
diri sendiri tidak jelas dan anak belum merupakan kesatuan individu yang
berdiri sendiri dan melakukan kontak sosial dengan lingkungannya. Di lain pihak
lingkungan pun belum melihat anak sebagai individu yang berdiri sendiri dan yang dapat
mengadakan interakii dengan mereka.
1.
Fase Adaptasi
Dalam fase ini anak mulai rnengadakan penyesuaian diri
terhadap lingkungan sosialnya. Reaksi - reaksinya seekarang tidak lagi terdorong oleh
rangsangan-rangsangan dari dirinya
semata-mata. tetapi ia mulai belajar bagaimana caranya bereaksi terhadap
rangsangan yang datang dari luar dirinya. pada fase inilah peranan dari orang
tua ,dominan terlihat, karena anak hanya dapat berajar dengan baik atas bantuan
dan bimbingan orang tuanya"
Hukuman dan penghargaan dari orang tua yang diberikan
terhadaptingkahlakunya banyak memberikan
pengertian pada anak dalam belajar bagaimana seharusnya mereka tertindak dalam
kehidupan-
nya sehari-hari.
- Fase pencapaian tujuan
Tingkah laku anak yang sudah mencapai fase ini dalam proses
sosialisasinya tidak lagi menyesuaikan diri, tetapi lebih terarah unuk tujuan
tertentu.
- Fase integrasi
Dalam
fase ini anak tidak lagi menyesuaikan ataupun untuk mendapat penghargaan dari
orang tuanya, namun sudah menjadi bagian dari dirinya sendiri.
2
. Masa Remaja
Masa
remaja merupakan masa transmisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Dalam
sosialisasi agen sosialisasi berubah
ketika seorang menginjak masa remaja, dimana sosialisasi yang dilakukan
oleh grup menjadi sangat bahkan lebih penting. Didalam sosialisasi peer group
sekolah turut berperan karena anak-anak dan remaja melewatkan sebagian besar
waktu disekolah.
III.
Masa
dewasa
Ada tiga hal yang diharapkan oleh orang dewa, yakni,
bekerja, menikah dan mempunyai anak. Untuk ketiga hal ini memerlukan proses
belajar atau sosialisasi. Sosialisasi dalam tahap ini memotivasi individu untuk
bekerja, mencari pasangan hidupnya dalam perkawinan dan mempunyai anak
sebagainya layaknya orang dewasa.
- Sosialisasi dalam dunia kerja
- Sosialisasi dalam perkawinan
- Sosialisasi untuk menjadi orang tua bagi anak-anaknya.
IV.
Masa
Tua dan menuju kematian
Seorang
belajar untuk menjadi orang lanjut usia seperti seorang pelajar untuk menjadi
remaja. Meurut eisen, orang lanjut usia juga seperti reamaja yang mengalami
masa transisi dalam kehidupan. Remaja merupakan transisi dari masa kanak-kanak
kemasa dewasa, orang lanjut usia merupakan masa transisi dari orang dewasa
produktif kemasa menuju kematian.
IV.
sosialisasi peran menurut jenis kelamin (gender-role socialization)
Dalam setiap masyarakat
dan kebudayaan pasti ada perbedaan peran individu yang diharapkan oleh
masyarakat dari pria dan wanita. Dalam proses sosialisasi menurut jenis
kelaminnya, ternyata yang menjadi agwn sosialisasinya bukan hanya keluarga
tetapi juga teman sebaya dan pengaruh sekolah. Sebuah penelitian yang pernah
dilakukan oleh Ny. Lever terhadap 181 anak-anak kelas menengah di inggris, yang
melihat perbedaan secara sistematis antara pria dan wanita dalam kegiatan
bermain,anatara lain digambarkan :
- Laki-laki bermain diluar rumah dalam satu tim,yaitu olahraga,perang-perangan sedangkan wanita maind irumah dengan boneka.
- Laki-laki bermain dengan kelompok yang lebih besar dibanding dengan wanita yang hanya 2-3 orang
- Laki-laki bisa bermain dengan usia yang cukup jauh yaitu(5-15 tahun_sedangkan wanita tidak begitu jauh dengan umurnya.
- Laki-laki sulit masuk kedalam kelompok perempuan karena takut diolok-olok temannya seperti banci, sebaliknya perempuan lebih mudah bergaul dengan laki-laki
- Permaina anak-anak laki-laki lebih bersifat persaingan sedangkan wanita lebih bersifat koperatif.
- Anak laki-laki bermainnya lebih lama dibanding anak perempuan.
Orang tua dalam
membedakan perlakuaanya terhadap anak laki-laki dan permpuan dapat dijelaskan
melalui tiga teori:
1. Teori
imitasi
2. Self-socialization
3. Teori
reinforcement
- Pengaruh perbedaan kelas sosial terhadap sosialisasi anak dalam keluarga
Konsep sosial menurut
melvin khon dalam studinya adalah pengelompokan individu yang menempati posisi
yang sama berdasarkan konsep tersebut khon menjadi 4 kelas sosial:
1. Lower
class
2. Working
class
3. Middle
class
4. Elite
class
Sosialisasi yang
dikembangkan oleh elizabet B. Hurlock
1. Otoriter
2. Demokratis
3. Permisif
Penting juga di ketahui
bahwa ketika penanaman nilai dalam proses sosialisasi perlu di perhatikan 4 aspek
yaitu:
1. Peraturan
2. Hukumman
3. Hadiah
atau penghargaan
4. Konsistensi
sumber:
R.diniarti F. Soe'oed proses sosialisasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar