Selasa, 11 Desember 2012

proses sosialisasi


Proses Sosialisasi
Pendahuluan
Individu dalam masyarakat akan mengalami proses sosialisasi dan juga merupakan proses transmisi kebudayaan antar generasi, karena tanpa sosialisasi masyarakat tidak dapat bertahan melebihi satu generasi. Syarat penting untuk berlangsungnya interaksi adalah interaksi sosial , karena tanpa innteraksi sosial sosialisasi tidak mungkin berlangsung.
            Dari konsep-konsep tersebut dapat disimpulkan bahwa melalui proses sosialisasi individu diharapkan dapat berperan sesuai dengan nilai yang berlaku dalam masyarakat dimana ia berada. Oleh karena itu barulah kita mengetahui betapa pentingnya sosialisasi itu dalam keberlangsungan suatu masyarakat.

            Individu dapat menjadi makhluk sosial dipengarui oleh faktor keturunan (heredity) dan faktor lingkungan(environment). Fakto keturunan faktor yang ada sejak lahir dan merupakan transmisi unusur-unsur dari orang tuanya melalui proses genetika, jenis kelamin, suku bangsa wana kulit, yang semuanya tidak bisa diubah lagi. Sedangkan faktor lingkungan adalah faktor luar yang mempengaruhi organisme dan yang membuat kehidupan bertahan. Misalnya: pendidikan, pekerjaan, dan lain sebagainya yang dapat berubah-ubdah dalam kehidupan individu serta tergantung pada usahanya. Kedua faktor ini sama penting dan saling berinteraksi serta melengkapi dalam membentuk prilaku tertentu dari individu.
            Sosialisasi dialami oleh individu sebagai makhluk sosial sepanjang kehidupannya sejak ia dilahirkan sampai meninggal dunia. Karena interaksinya merupakan kunci keberlangsungan proses sosialisasi maka diperlukan agen sosialisasi, yakni orang-orang di sekitar individu yang mentransmisikan nilai-nilai atau norma-norma tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut tahapannya sosialisasi dibedakan mennjadi dua tahap:
  1. Sosialisasi primer, sebagai sosialisasi yang pertama dijalani individu semasa kecil, melalui mana ia menjadi anggota masyarakat.
  2. Sosialisai sekunder, didefinisakan sebagai proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasi kedalam sektor baru didunia obyektif masyarakatnya.


II. sosialisasi sebagai suatu proses
Individu dari yang tadinya hanya sebagai makhluk biologis melalui proses sosialisasi ,belajar tentang norma, bahasa, simbol, keterampilan dan sebagainya untuk diterima didala masyarakat, di perlukan kemampuan untuk menilai secara obyektif perilaku kita sendiri dari sudut pandang orang lain. kemampuan tersebut berarti seseorang tersebut sudah memiliki apa yang dinamakan self.’ ' (diri). 'Self" terbentuk dan berkembang melalui proses sosialisasi, dengan cara berinteraksi dengan orang lain. Dalam penjelasan nya charles horton coley memperkenalkan konsep Dalam penjelasan nya charles horton coley memperkenalkan konsep 'looking glass self , di mana senantiasa dalam bentuk individu terjadi suatu
proses yang ditandai oleh 3 tahap, terpisalr, yaitu:
1.                   Persepsi, dalam tahap ini kita membayangkan bagaimana orang melihat kita
2.                   Interpretasi dan definisi, di sini kita membayangkan bagaimana orang  lain menilaipenampilan kita;  
3.                   Respons, berdasarkan persepsi dan interpretasi individu tersebut menyusun respons. Ketiga tahap ini merupakan proses yang selalu pada diri kita.
Berbeda dengan cooley, herbert mead berpendapat bahwa orang yang sudaah memiliki self dijumpai pada penguasaan bahasanya, yakni pada anak-anak yang berusia lima tahun . kemampuan untuk menganggap diri sebagai objek dan subjek secara sekaligus ini diperoleh dalam tiga tahap berikut:
  1. Play Stage.
Dalarn tahap ini anak mengembangkan kemampuannya untuk melihat dirinya sendiri. Kegiatannya tidak konsisten, tidak terorganisir,peranan berganti-ganti, karena belum ada konsepsi yang terpadu mengenai dirinya;
  1. GameStage
Berbeda dengan play stage, di sini ada himpun anyangterorganisir. Anak harus sudah_mengetahui posisinya dalam konteks yang lebih Luas dan memberikan tanggapan terhadap harapan-harapan orang lain; individu sudah mampu menghubungkan dirinya dengan komunitas dimana ia menjadi anggotanya.

III. Sosialisasi pengalaman sepanjang hidup
            Sosialisasi merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu sebagai makhluk sosial di sepanjang kehidupannya, dari ketika ia dilahirkan sampai akhir hayatnya. Bentuk-bentuk sosialisasi berbeda dari setiap tahap kehidupan individu dalam siklus kehidupannya. Dari setiap tahap sosialisasi agen sosialisasi pun berbeda.
            George Ritzer membagi siklus kehidupan manusia menjadi emapat tahap, yaitu tahap kanak-kanak, tahap remaja, tahap dewasa, dan tahap orang tua.
1. Masa kanak-kanak
Setiap orang tua mempunyai kewajiban untuk mengajarkan pada anak- anaknya tentang kehidupan ini. Seorang ahli sosiologi akan melihat kewajiban ini sebagai bagian dari peran sosial orang tua. Walaupun pada dasarnya setiap orang meniahami tentang apayang diinginkan masyarakat, akan tetapi ada perbedaan yang substansial tentang pengertian akan jalan yang benar dalarn hidup. Apa yang dianggap benar atau tidak baik oleh seseorang akan bergantung dari kedudukannya di dalam masyarakat
(George Ritzer, 1979: I 13).
Akan tetapi proses sosialisasi dengan transmisi langsung ini juga tidak
bisa sepenuhnya dianggap benar karena:
1.  Sosialisasi adalah proses yang lebih kompleks dibandingkan dengan transmisi secara langsung itu sendiri. Orang tua tidak dapat selalu mengatur dan menentukan anak sesuai dengan keinginannya.
2. Pandangan tersebut lupa bahwa sosialisasi adalah proses yang stabil, terutama dalam keluarga. Sosia[sasi seringkali terjadi hanya dengan contoh melalui alat-alat verbal.
3. Selain keluarga adabanyak institusi lain yang dapatturut serta dalam proses sosialisasi seorang anak. oleh karena itu orang tua tidak dapat dengan sempurna menginginkan anaknya menjadi siperti yang ia inginkan (George Rit zer, 1969 . 114).
Proses  sosialisasi pada  rahap ini dapat di gambarkan melalui kerangka A-G-I-L yang diperkenarkan oreh Tarcott Farsons daram menganarisis tindakan-tindakan sosial (D.p. Johnson, 1086, hlm, l28 – 1 6), Fase-fase seperti Adaption, Goar Attairntent, Inregration dan Larent partter Maitenance tidak ada batasan yang jeras, karena merupakan suafu proses yang terjadi secara sinambung. Fase-fase tersebut dalam proses sosialisasi di jelaskan sebagai berikut:
1. Fase Laten
Dalam fase ini proses sosiarisasi yang berrangsung berum terlihat  nyata.  Pengenalan anak terhadap diri sendiri tidak jelas dan anak belum merupakan kesatuan individu yang berdiri sendiri dan melakukan kontak sosial dengan lingkungannya. Di lain pihak lingkungan pun belum melihat anak sebagai  individu yang berdiri sendiri dan yang dapat mengadakan interakii dengan mereka.
1.    Fase Adaptasi
Dalam fase  ini anak mulai rnengadakan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosialnya. Reaksi - reaksinya seekarang  tidak lagi terdorong oleh rangsangan-rangsangan dari  dirinya semata-mata. tetapi ia mulai belajar bagaimana caranya bereaksi terhadap rangsangan yang datang dari luar dirinya. pada fase inilah peranan dari orang tua ,dominan terlihat, karena anak hanya dapat berajar dengan baik atas bantuan dan bimbingan orang tuanya"
 Hukuman dan penghargaan dari orang tua yang diberikan terhadaptingkahlakunya  banyak memberikan pengertian pada anak dalam belajar bagaimana seharusnya mereka tertindak dalam kehidupan-
nya sehari-hari.
  1. Fase pencapaian tujuan
Tingkah laku anak  yang sudah mencapai fase ini dalam proses sosialisasinya tidak lagi menyesuaikan diri, tetapi lebih terarah unuk tujuan tertentu.
  1. Fase integrasi
Dalam fase ini anak tidak lagi menyesuaikan ataupun untuk mendapat penghargaan dari orang tuanya, namun sudah menjadi bagian dari dirinya sendiri.
2 . Masa Remaja
            Masa remaja merupakan masa transmisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Dalam sosialisasi agen sosialisasi berubah  ketika seorang menginjak masa remaja, dimana sosialisasi yang dilakukan oleh grup menjadi sangat bahkan lebih penting. Didalam sosialisasi peer group sekolah turut berperan karena anak-anak dan remaja melewatkan sebagian besar waktu disekolah.
III.          Masa dewasa
Ada tiga hal yang diharapkan oleh orang dewa, yakni, bekerja, menikah dan mempunyai anak. Untuk ketiga hal ini memerlukan proses belajar atau sosialisasi. Sosialisasi dalam tahap ini memotivasi individu untuk bekerja, mencari pasangan hidupnya dalam perkawinan dan mempunyai anak sebagainya layaknya orang dewasa.
  1. Sosialisasi dalam dunia kerja
  2. Sosialisasi dalam perkawinan
  3. Sosialisasi untuk menjadi orang tua bagi anak-anaknya.

IV.              Masa Tua dan menuju kematian
Seorang belajar untuk menjadi orang lanjut usia seperti seorang pelajar untuk menjadi remaja. Meurut eisen, orang lanjut usia juga seperti reamaja yang mengalami masa transisi dalam kehidupan. Remaja merupakan transisi dari masa kanak-kanak kemasa dewasa, orang lanjut usia merupakan masa transisi dari orang dewasa produktif kemasa menuju kematian.


IV. sosialisasi peran menurut jenis kelamin (gender-role socialization)
Dalam setiap masyarakat dan kebudayaan pasti ada perbedaan peran individu yang diharapkan oleh masyarakat dari pria dan wanita. Dalam proses sosialisasi menurut jenis kelaminnya, ternyata yang menjadi agwn sosialisasinya bukan hanya keluarga tetapi juga teman sebaya dan pengaruh sekolah. Sebuah penelitian yang pernah dilakukan oleh Ny. Lever terhadap 181 anak-anak kelas menengah di inggris, yang melihat perbedaan secara sistematis antara pria dan wanita dalam kegiatan bermain,anatara lain digambarkan :
  1. Laki-laki bermain diluar rumah dalam satu tim,yaitu olahraga,perang-perangan sedangkan wanita maind irumah dengan boneka.
  2. Laki-laki bermain dengan kelompok yang lebih besar dibanding dengan wanita yang hanya 2-3 orang
  3. Laki-laki bisa bermain dengan usia yang cukup jauh yaitu(5-15  tahun_sedangkan wanita tidak begitu jauh dengan umurnya.
  4. Laki-laki sulit masuk kedalam kelompok perempuan karena takut diolok-olok temannya seperti banci, sebaliknya perempuan lebih mudah bergaul dengan laki-laki
  5. Permaina anak-anak laki-laki lebih bersifat persaingan sedangkan wanita lebih bersifat koperatif.
  6. Anak laki-laki bermainnya lebih lama dibanding anak perempuan.

Orang tua dalam membedakan perlakuaanya terhadap anak laki-laki dan permpuan dapat dijelaskan melalui tiga teori:
1.      Teori imitasi
2.      Self-socialization
3.      Teori reinforcement

  1. Pengaruh perbedaan kelas sosial terhadap sosialisasi anak dalam keluarga
Konsep sosial menurut melvin khon dalam studinya adalah pengelompokan individu yang menempati posisi yang sama berdasarkan konsep tersebut khon menjadi 4 kelas sosial:
1.      Lower class
2.      Working class
3.      Middle class
4.      Elite class

Sosialisasi yang dikembangkan oleh elizabet B. Hurlock
1.      Otoriter
2.      Demokratis
3.      Permisif
Penting juga di ketahui bahwa ketika penanaman nilai dalam proses sosialisasi perlu di perhatikan 4 aspek yaitu:
1.      Peraturan
2.      Hukumman
3.      Hadiah atau penghargaan
4.      Konsistensi


sumber:  
R.diniarti F. Soe'oed proses sosialisasi











Tidak ada komentar:

Posting Komentar