Kamis, 06 Desember 2012

Teori Georg Simmel


A.    Latar Belakang
Georg Simmel adalah seorang filsuf Jerman dan salah seorang pionir dalam menjadikan sosiologi sebagai cabang ilmu yang berdiri sendiri. Ia dilahirkan pada tanggal 1 Maret 1858 dari 7 bersaudara, di Berlin – Jerman, suatu daerah tempat ia hidup pada masa kanak-kanak sebagai mahasiswa  maupun sebagai guru besar. Orang tua Georg Simmel adalah orang yahudi beragama protestan. Ayahnya adalah pengusaha sukes dari Yahudi yang beraliran katolik, sedangkan ibunya mengkonversi ke aliran protestan. Latar belakang orangtuanya itu menjadi hambatan Simmel selama hidupnya. Suasana anti Semit di Berlin tidak dapat dihindarkan oleh Simmel walaupun keluarganya beragama protestan. Ayahnya meninggal saat Simmel masih muda, lalu Julius Friedlander ditunjuk sebagai walinya. Friedlander adalah teman dari keluarga Simmel dan pendiri penerbit internasional. Julius meninggalkan kekayaan untuk Simmel yang dapat digunakannya untuk bersekolah hingga sarjana. Simmel masuk dan menuntut ilmu di Universitas Berlin.


 Ia mempelajari psikologi, sejarah, filsafat, dan bahasa Italia. Tetapi, upaya pertamanya untuk menyusun disertasi di tolak. Meski proposal pertamanya di tolak, ia mempertahankan disertasi dan akhirnya menerima gelar Doktor Filsafat pada tahun 1881. Hingga 1914 ia tetap di Universitas Berlin berstatus tenaga pengajar meski hanya menduduki jabatan yang relatif tak penting sebagai “dosen privat” dari 1885-1900. Kemudian ia menjadi dosen yang tak di gaji, yang kehidupannya tergantung pada honor dari mahasiswa. Gaya mengajarnya demikian populer, hingga orang terpelajar pun menghadiri kuliahnya. Sebagai guru besar di Universitas Berlin, ia memberikan kuliah-kuliah yang sangat popular dan banyak menulis. Ia menghasilkan karya-karya yang sangat terkenal pada masa itu walaupun karirnya tidak terlalu berkembang karena latar belakang yang tidak menguntungkan pada waktu itu. Simmel menulis banyak artikel (The Metropolis and Mental Life) dan buku the Philosophy of Money. Ia terkenal di kalangan akademisi Jerman, mempunyai pengikut internasional, terutama di Amerika. Di situ karyanya berpengaruh besar dalam kelahiran sosiologi. Kedudukannya yang serba marginal menyebabkan Simmel sangat peka terhadap masalah yang ada di sekitarnya. Masalah-masalah itu terlepas dari perhatian orang-orang yang berkedudukan baik pada saat itu. Simmel mencoba mendapat berbagai status akademisi, namun ia gagal meski mendapat dukungan sarjana seperti Max Weber. Salah satu alasan yang menyebabkan Simmel gagal adalah karena ia keturunan Yahudi, sementara di abad 19, Jerman sedang di landa paham anti-Yahudi (Kasler, 1985). Kegagalan personal Simmel pun dapat di kaitkan dengan rendahnya penghargaan akademisi Jerman terhadap sosiologi ketika itu.
Pada tahun 1914, Simmel diangkat menjadi guru besar tetap di Universitas Strassbourg dengan bantuan temannya yaitu Max Weber. Pusat perhatian studi Simmel mencakup ruang lingkup yang sangat luas dimulai dari filsafat, yang kemudian menjadi ilmu yang sangat bermanfaat bagi bidang-bidang sosiologi, sejarah, sastra dan kesenian. Simmel memberikan kuliah mengenai bidang-bidang itu dan menyusun karya-karya ilmiah. Di bidang sosiologi, pusat perhatiannya terarah pada proses interaksi yang dianggap sebagai ruang lingkup primer sosiologi dan perkembangannya. Selanjutnya dia menyelidiki masalah solidaritas dan konflik yang dikaitkannya dengan besar kecilnya kelompok. Simmel tetap menjadi tokoh marginal di dunia akademisi Jerman sampai ia meninggal pada tahun 1918. Ia tak pernah mendapat karir akademisi yang normal. Bagaimanapun juga Simmel menarik perhatian sejumlah besar mahasiswa di zamannya sebagai seorang sejarah terpelihara bertahun-tahun. Tulisan-tulisan Simmel sangat beragam, mulai dari etika, filsafat sejarah, pendidikan, agama, dan juga para filsuf lain, seperti Kant, Schopenhauer, dan Nietzsche. Ia juga menulis banyak esay tentang seniman dan penyair, tentang bermacam-macam kota, dan tema-tema seperti cinta, petualangan, rasa malu, dan juga banyak topik-topik sosiologi. Tulisan-tulisannya yang amat terkenal adalah “Filsafat Uang” dan “Metropolitan dan Mentalitas” yang merupakan analisis Simmel terhadap gaya hidup modern terhadap kesadaran manusia. Oleh karena sosiologi hanya merupakan sebagian bidang-bidang yang menjadi pusat perhatiannya, maka hasil karya tulisnya mengenai hal itu rata-rata sangat mendalam. Akan tetapi pendapat-pendapat Simmel pada umumnya tidak didukung fakta yang disusun secara sistematis, sebagaimana halnya yang dilakukan oleh Durkheim atau Weber. Walaupun demikian, ajaran-ajaran Simmel memberikan sumbangsi yang sangat penting bagi perkembangan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang baru mulai tumbuh pada saat itu.



1.      Pemikiran Georg Simmel
Ø  Georg Simmel dalam konteks social
Georg Simmel hidup dalam keadaan sosial Jerman yang bergejolak. Selama akhir abad ke-19 Jerman mengalami suatu perkembangan yang meledak dalam bidang industri kapitalis, serta urbanisasi yang meningkat dengan pesat. Berlin adalah pusat kegiatan ekonomi dan perdagangan, baik kelas borjuis maupun kelas proletariat meluas dengan pesat. Namun demikian, suasana politik Jerman sangat mencerminkan nilai-nilai aristokrasi semi feodal dan ideal disiplin militer Prusia. Kedudukan kaum buruh yang semakin baik diimbangi dengan berbagai usaha kesejahteraan, tetapi pada umumnya struktur sosial ditandai oleh suatu perbedaan antara etos kapitalis yang sedang muncul dalam bidang ekonomi dan seperangkat ideal prakapitalis dalam bidang politik. Dalam kondisi seperti ini, Simmel tidak mau terlibat dalam bidang politik, kalaupun ia berbicara tentang masalah sosial politik atau ekonomi, itu hanya digunakannya untuk menggambarkan pokok-pokok pemikiran teoritisnya yang umum. Meskipun Simmel menolak model masyarakat yang bersifat organik, dalam hal tertentu ia dipengaruhi oleh model evolusi Spencer mengenai kompeksitas sosial yang semakin bertambah. Evolusi ini berusaha menjelaskan perubahan masyarakat secara bertahap dari suatu struktur yang sederhana dengan diferensiasi yang rendah dan sangat homogen, ke suatu struktur yang lebih kompleks dengan diferensiasi serta heterogenitas yang tinggi. Publikasi Simmel yang pertama berjudul “On social differentiation” menjelaskan dasar-dasar pembentukan kelompok yang berubah dan keterlibatan sosial dari individu.
Yang banyak memberikan pengaruh pada Simmel adalah seorang ahli filsafat Jerman yang bernama Immanuel Kant. Kant mengembangkan suatu perspektif filosofis yang didasarkan pada pembedaan antara persepsi manusia mengenai gejala dan hakikat dasar dari benda-benda seperti mereka berada dalam dirinya sendiri. Ia memperlihatkan bahwa kita tidak pernah dapat mengetahui benda seperti benda itu berada dalam dirinya sendiri, tetapi hanya karena mereka muncul menurut kategori-kategori kesadaran atau pikiran tertentu yang bersifat a priori. Menurut Kant ada kategori pikiran fundamental tertentu yang bersifat a priori (ruang, waktu, sebab dan seterusnya) yang tidak didasarkan pada rangsangan inderawi tetapi membentuk kesadaran subjektif kita akan dunia empiris diluar kita. Begitu Simmel menerapkan model berfikir ini tentang kenyataan sosial, ia menyadari bahwa perkembangan pengetahuan sosiologi meliputi lebih daripada hanya sekedar mencatat hukum-hukum universal yang jelas tersingkap oleh data empiris. Sebaliknya pikiran manusia dalam menjalankan fungsi memilih, mengorganisasi pada waktu menginterpretasikan data empiris, ia menggunakan kriterianya sendiri dalam proses ini yang tidak terdapat dalam fakta empiris itu sendiri.
Simmel juga menganalisa konflik dialektik antara bentuk-bentuk sosial yang sudah mapan yang tercermin dalam institusi-institusi yang ada dan pola-pola budaya serta proses hidup itu sendiri yang secara terus menerus harus menciptakan bentuk baru bagi pengungkapannya sendiri. Perhatian Simmel tidak hanya pada sosiologi, ia menulis banyak hal dan memberi kuliah dalam bidang filsafat, etika, sejarah, kritik budaya umumnya, seni dan kritik sastra khususnya.

Ø  Munculnya Masyarakat Menurut Georg Simmel
Munculnya masyarakat menurut Simmel dikenal dengan istilah vergesellschaftung yang secara harfiah berarti “proses terjadinya masyarakat”, atau disebut juga dengan istilah “Sosiasi” (sociation). Jadi munculnya masyarakat terjadi karena adanya interaksi timbal balik yang mana dalam proses tersebut individu akan saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Masyarakat lebih daripada jumlah individu yang membentuknya lalu ditambah dengan pola interaksi timbal balik dimana mereka saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Akan tetapi masyarakat tidak akan pernah ada sebagai suatu benda objektif yang terlepas dari anggota-anggotanya. Kenyataan itu terdiri dari kenyataan proses interaksi timbal balik. Pendekatan ini mengusahakan keseimbangan antara pandangan nominalis (yang percaya hanya pada individu yang riil) dan pandangan realis atau teori organik (yang mengemukakan bahwa kenyataan sosial itu bersifat independen dari individu yang membentuknya).
Contoh terbentuknya masyarakat menurut Simmel, misalnya sejumlah individu yang terpisah satu sama lain atau berdiri sendiri-sendiri saja, yang sedang menunggu dengan tenang di terminal lapangan udara tidak membentuk jenis masyarakat atau kelompok. Tetapi kalau ada pengumuman yang mengatakan bahwa kapal akan tertunda beberapa jam karena tabrakan, beberapa orang mungkin mulai berbicara dengan orang disampingnya, dan disanalah muncul masyarakat. Dalam hal ini masyarakat (sosietalisasi) yang muncul akan sangat rapuh dan sementara sifatnya, dimana ikatan-ikatan interaksi timbal baliknya itu bersifat sementara saja. Proses munculnya masyarakat sangat banyak macamnya, mulai dari pertemuan sepintas lalu antara orang-orang asing ditempat-tempat umum sampai ke ikatan persahabatan yang lama dan intim atau hubungan keluarga. Tanpa memandang tingkat variasinya, proses sosiasi ini mengubah suatu kumpulan individu saja menjadi satu masyarakat (kelompok/sosiasi). Masyarakat ada pada tingkat tertentu dimana dan apabila sejumlah individu terjalin melalui interaksi dan saling mempengaruhi.

Ø  Dyad dan Triad
Adapun yang membedakan antara hubungan dyad dan triad adalah jumlah orang yang terlibat dalam interaksi tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Simmel begitu jumlah orang yang terlibat dalam interaksi berubah, maka bentuk interaksi merekapun berubah dengan teratur dan dapat diramalkan. Simmel berpendapat bahwa unit terkecil dalam kehidupan manusia yang menjadi ruang lingkup  perhatian sosiologi adalah dyad, yang merupakan unit atau kelompok yang terdiri dari dua orang. Bentuk dyad (duaan) memperlihatkan ciri khas yang unik sifatnya yang tidak terdapat dalam satuan sosial apapun yang lebih besar. Contohnya adalah, suami dan isteri, dua orang sahabat karib dan seterusnya. kalau seseorang individu memilih untuk keluar dari suatu kelompok dyad (duaan) maka satuan sosial itu sendiri akan hilang lenyap. Sebaliknya, dalam semua kelompok lainnya, hilangnya satu orang anggota tidak ikut menghancurkan keseluruhan satuan sosial itu.  Dalam dyad tersebut kemungkinan besar yang terjadi adalah bahwa salah satu pihak tenggelam dalam kedudukan dan peranan pihak lain.
Oleh karena dyad terdiri dari dua pihak, maka tidak ada pihak lain yang mungkin menengahinya, sehingga Simmel berkesimpulan kedua pihak tersebut sebenarnya merupakan suatu kesatuan perasaan. Di dalam dyad terdapat hubungan yang sangat erat dan menyatu. Maka, ada kemungkinan terjadi konflik atau pertikaian. Kesatuan perasaan tersebut kadang terganggu oleh tindakan masing-masing pihak yang mungkin mengakibatkan terjadi konflik. Hubungan dyad tidak selalu disertai oleh perasaan-perasaan positif. Dalam situasi konflik, apapun masalah dan sebab musababnya, hubungan yang sangat intim seringkali membuat konflik malah menjadi lebih parah. Masalah konflik yang kelihatannya sepele bagi orang luar, ditanggapi dengan sangat emosional. Sesungguhnya keterbukaan mereka satu sama lain pada tingkat kepribadian yang sangat dalam membuat mereka mudah saling menyerang yang berhubungan dengan masalah kepribadian ini. Ketiadaaan pihak ketiga menimbulkan situasi dimana tidak ada pemisah ketika mereka berkonflik. Ketiadaan pihak ketiga memang meningkatkan keakraban dalam dyad. Akan tetapi, bila terjadi konflik, timbul kebutuhan akan adanya pihak ketiga. Hadirnya pihak ketiga dapat menetralisasi ketegangan yang ada. Simmel menyatakan, adanya pihak ketiga akan menyebabkan pihak yang terlibat dalam konflik mengemukakan pendapatnya secara lebih rasional, sehingga kemungkinan terjadinya perdamaian lebih besar.
Triad disini diartikan sebagai pihak ketiga. Salah satu pokok pikiran Simmel yang terkenal adalah diskusinya mengenai berbagai peran yang dapat dilakukan oleh pihak ketiga. Menurut Simmel, triad cenderung tidak stabil, karena secara koheren, terkait dengan pembentukan suatu koalisi dua pihak yang berhadapan dengan satu pihak lain. Pihak yang ditempatkan dalam kedudukan ketiga atau status yang tersingkir, senantiasa berubah. Simmel telah menyajikan pelbagai contoh mengenai efek pihak ketiga. Dia memberikan contoh, orang-orang Eropa cenderung untuk memperkerjakan hanya seorang pembantu, padahal mereka mampu untuk membayar gaji lebih banyak pembantu. Dengan adanya lebih dari seorang pembantu, timbul ciri-ciri suatu triad, sehingga hubungan antara pembantu dengan majikan lebih bersifat formal.
Apabila terjadi penambahan jumlah orang (artinya lebih dari tiga), maka hal itu mempunyai akibat tertentu terhadap hakikat interaksi dalam suatu kelompok. Simmel pernah mengemukakan suatu hipotesa yang menyatakan, bahwa semakin besar suatu kelompok semakin besar pula kecenderungan terjadinya bentuk interaksi seperti dyad. Selama terjadinya proses menuju bentuk hubungan sebagaimana halnya dengan suatu dyad dalam suatu kelompok besar, setiap pihak atau kategori cenderung menerima anggota-anggota yang memiliki ciri-ciri pokok sama, misalnya : kekayaan, pola sikap tindak, dst. Kecenderungan terjadinya konflik dalam triad merupakan masalah yang menjadi salah satu pusat perhatian studi Simmel. Hal ini antara lain disebabkan karena terdapatnya banyak kesempatan pada pihak-pihak dalam triad untuk melaksanakan pelbagai peranan.

Ø  Pemikiran sosiologi mikro Georg Simmel
Georg Simmel muncul di dunia ilmu sosiologi dengan menghadirkan pokok-pokok pemikiran yang lebih mengulas pada sosiologi mikro, meskipun demikian ia tetap berkiprah dengan terus menghasilkan pemikiran kritis tentang komponen-komponen kehidupan sosial dan hubungan antar pribadi, sedangkan untuk lingkup yang lebih luas atau makro, karyanya tentang struktur dan perubahan dalam semangat sosial pada zamannya. Pokok pemikiran mikro Georg Simmel adalah :
·         Kesadaran individu
·         Konsep sosiologi
·         Realitas social
·         Interaksi social
·         Pengaruh jumlah pada bentuk social
·         Kreatifitas individu versus bentuk budaya yang mapan
·         Uang dan nilai
Karya-karyanya yang terkenal tidak serta merta menjadi hal yang dapat diterima orang dengan mudah, karena ia terhalang suatu hal yang berawal dari latar belakangnya, kala itu keadaan antisemitisme menjadikan dirinya merasa terkucilkan. Antisemitisme adalah suatu sikap permusuhan atau prasangka terhadap kaum Yahudi dalam bentuk-bentuk penganiayaan/penyiksaan terhadap agama, etnik, maupun kelompok ras, mulai dari kebencian terhadap individu hingga lembaga. Fenomena yang paling terkenal akan anti-semitisme adalah ideologi Nazisme dari Adolf Hitler, yang menyebabkan permusuhan terhadap kaum Yahudi di Eropa.
Ø  Interaksionisme Simbolik
Adanya kesadaran individu yang dikemukakan oleh Georg Simmel menjadi sumber awal Simmel dalam mengkaji lebih jauh tentang interaksi sosial, ia telah melakukan teoretisasi masalah modernitas dengan penekanan pada perkembangan pesat dari ilmu, teknologi, pengetahuan obyektif, berikut diferensiasinya di satu sisi dan erosi budaya subyektif di sisi lain. Konflik dan krisis kebudayaan modern dilukiskan Simmel dalam bentuk pemiskinan-subyektivitas yang disebutnya endemi atrophy (terhentinya pertumbuhan budaya subyektif) karena hypertrophy (penyuburan budaya obyektif). Simmel berusaha menjelaskan adanya ketimpangan budaya individu atas manusia sebagai subjeknya dibandingkan dengan perkembangan media atau sarana kehidupan yang mengurangi peran aktif  manusia dalam berkarya. Sehubungan dengan fenomena endemi antrophy interaksi menjadi salah satu pokok pemikiran dalam teori Simmel.
Masyarakat, kemudian, dapat didefinisikan sebagai sejumlah individu yang dihubungkan dengan interaksi.. Interaksi ini dapat menjadi mengkristal sebagai bidang permanen.. Hubungan ini, atau bentuk sociation, sangat penting karena mereka menunjukkan bahwa masyarakat bukan merupakan substansi, tetapi sebuah peristiwa, dan karena bentuk-bentuk sociation mengatasi individu / dualisme sosial (individu terlibat dengan satu sama lain dan dengan demikian merupakan sosial). Sedangkan interaksi sosial menurut Georg Simmel memiliki point-point tersendiri yang menurutnya merupakan hal yang perlu untuk disertakan dalam teori-teorinya, Simmel mengungkapkan beberapa interaksi, yaitu:
1)      Menurut bentuk, meliputi :
·         Subordinasi (ketaatan)
·         Superordinasi (dominasi)
·         Hubungan seksual
·         Konflik
·         Sosiabilita (interaksi yang terjadi demi interaksi itu sendiri dan bukan untuk tujuan lain)
2)      Menurut tipe, meliputi :
·         interaksi yang terjadi antar individu-individu
·         interaksi yang terjadi antar individu-kelompok
·         interaksi yang terjadi antar kelompok-individu
Pada keadaan yang sama yaitu kehidupan dengan interaksi dan komunikasi dapat menumbuhkan kemungkinan-kemungkinan tertentu, dimana memiliki dampak positif dan negatif, ada pada suatu saat seseorang merasakan kedekatan, kekompakan, dan kebersamaan baik secara pribadi maupun  kelompok. Adanya kontak merupakan faktor yang mendorong terjadinya komunilkasi , kontak tersebut terdiri dari kontak secara langsung maupun secara tidak langsung ( melalui media ), dan komunikasi itu sendiri adalah gambaran dari adanya interaksi dalam hidupnya dengan orang lain. Simmel juga memusatkan pemikirannya mengenai relasi, khususnya interaksi antar pemeran sadar dan tujuannya adalah melihat besarnya cakupan interaksi yang mungkin sepele namun pada saat lain sangat penting. Menurut Simmel interaksi timbul karena kepentingan-kepentingan dan dorongan tertentu (Soerjono Soekanto, 405:2003). Salah satu bentuk interaksi yang dibicarakan Simmel adalah gaya (fashion). Gaya adalah bentuk relasi sosial yang menginginkan orang menyesuaikan diri dengan keinginan kelompok. Gaya bersifat dialektis yang berarti keberhasilan dan persebaran gaya akan berujung pada kegagalan. Hal positif yang muncul dari adanya interaksi bisa terjadi melalui terjalinnya solidaritas masyarakat, dan hal negatif adalah berupa adanya konflik. Minat Simmel pada bentuk interaksi menuai banyak kritikan. Ia dituduh memaksa suatu tatanan yang sebenarnya tidak ada dan menghasilkan studi yang tidak saling terkait yang akhirnya sama sekali tidak menerapkan tatanan yang lebih baik pada realitas sosial. Menurut bentuknya terdapat konsep yang disebut dengan Subordinasi (ketaatan) dan Superordinasi (dominasi).

Ø  Teori Konflik
Interaksi yang terjadi baik antar individu maupun antar kelompok kadang menimbulkan konflik, dan konflik merupakan pokok bahasan tersendiri yang diuraikan oleh Simmel,menurut Simmel masalah mendasar dari setiap masyarakat adalah konflik antara kekuatan-kekuatan sosial dan individu, karena, pertama, sosial melekat kepada setiap individu dan, kedua, sosial dan unsur-unsur individu dapat berbenturan dalam individu, meskipun pada sisi lain dari konflik merupakan sarana mengintegrasikan individu-individu. Karena setiap individu meiliki kepentingan yang berbeda-beda dan adanya benturan-benturan kepentingan tersebut mencerminkan dari sikap-sikap individu tersebut dalam usahanya memenuhi kebutuhannya, dari sikap yang nampak ini Simmel memiliki sebuah pemikiran yang menghasilkan konsep individualisme ini (dari kepribadian yang berbeda) terwujud dalam prinsip-prinsip ekonomi, masing-masing, persaingan bebas dan pembagian kerja.
Ø  Kelompok Kecil
Dalam pembagian-pembagian kerja, individu terbentuk dalam kelompok-kelompok kecil , kelompok ini menurut Simmel memiliki analisa tersendiri dimana terdiri dari satu, dua, dan tiga orang. Satu orang atau singkatnya individu berada dalam posisi sendirian, tidak terjadi interaksi dan ia akan mendapat penolakan dari masyarakat, maka itu Simmel menghadirkan konsep dyad dan triad dimana menurut pandangan Simmel bahwa kebebasan tidak akan terjadi jika seseorang itu sendirian, tetapi jika ia ada dalam kelompok. Simmel memiliki filosofi tentang angka 2 dan 3, angka dua adalah bentuk yang paling sederhana sociation, antara dua orang atas mana hal itu sepenuhnya tergantung, angka  dua adalah sepele dan intim, perkawinan terjadi antara dua orang dan setelah lahir anak diantara mereka konsep dyad ini sepenuhnya berubah menjadi triad dan hadirnya orang ketiga menjadi penghancur.

Ø  Kerahasiaan : Studi Kasus Sosiologi Georg Simmel
Simmel berangkat dari fakta dasar bahwa orang pasti mengetahui beberapa hal tentang orsng lain agar bisa berinteraksi dengannnya, namun hal tersebut juga bisa menjadi penghancur atas dirinya. Penghancur ini merupakan hal yang paling dihindari, interaksi seseorang tentu memiliki tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam hidupnya, interaksi yang terjadi kadang menuntut sebuah keterbukaan namun dapat dipastikan seterbuka apapun seseorang ia tidak akan mengungkapkannya secara seluruhnya karena hal itu justru dapat menjatuhkan dirinya sendiri karena orang lain akan tahu apa yang jadi tujuan kita padahal pada faktanya antara individu yang satu dengan yang lain memiliki kemampuan yang berbeda meskipun pada satu tujuan yang sama dan pastinya seseorang tidak ingin apa yang  menjadi targetnya diambil orang lain. Dari uraian tersebut Simmel membuat konsep masyarakat rahasia (yaitu keberadaan kelompok merupakan rahasia, atau keanggotaan dalam kelompok yang dikenal adalah rahasia) memiliki tujuan perlindungan melalui kepercayaan. Kepercayaan di antara para anggotanya sangat penting, mereka harus menjaga rahasia, tetapi situasi ini tidak stabil. Diam adalah teknik yang diperlukan untuk menjaga rahasia, sementara komunikasi tertulis bertentangan dengan semua rahasia (misalnya huruf). Kerahasiaan bisa menjadi tujuan pembentukan sosial (misalnya perkumpulan rahasia), dan mencegah orang dari sociation mengungkapkan rahasia karena isolasi yang counterbalances hasil dari menyimpan rahasia. Oleh karena itu, masyarakat rahasia memiliki ritual khusus, yang harus dilakukan dan yang harus dijaga sebagai sebuah rahasia, itu klaim individu, membuatnya anggota perkumpulan rahasia. Perkumpulan rahasia juga memiliki derajat kebebasan yang hilang dalam masyarakat pada umumnya, masyarakat rahasia mengkompensasi kurangnya kebebasan dalam masyarakat umum. Dibandingkan dengan sociation pada umumnya, perkumpulan rahasia terpisah, formal dan sadar, mereka memiliki sistem rumit tanda-tanda yang aman dalam kohesi dan mengasingkan diri dari luar; para anggotanya merasa superior, dan dimulai untuk material dan secara resmi mendirikan pengasingan dari masyarakat, mereka egois dalam hal rahasia memusuhi masyarakat dan masyarakat umum, rahasia masyarakat memiliki ikatan sangat kuat, mereka mengecualikan konflik-konflik batin, dan mereka terpusat (buta ketaatan kepada para pemimpin), para anggota de-individual, setara, anonim , dan karena mereka pada dasarnya menolak upaya pemerintah pemersatu dalam masyarakat pada umumnya, mereka muncul sebagai berbahaya.
Interaksi manusia secara umum dibangun oleh kerahasiaan dan logika lawannya, yaitu pengkhiatan. Rahasia selalu dibarengi secara dialektis oleh kemungkinan bahwa dia dapat ditemukan. Pengkhianatan bisa berasal dari dua sumber. Secara eksternal, orang lain dapat menemukan rahasia kita, sementara secara internal, selalu ada kemungkinan bahwa kita akan mengungkapkan rahasia kita kepada orang lain. “Rahasia menjadi penghalang antar manusia, namun pada suatu saat yang sama dia menjadi tantangan yang menggairahkan untuk diterobos, dengan gosip dan pengakuan …. Dari persaingan antar kedua kepentingan, dalam menyembunyikan dan mengungkapkan, tumbuh nuansa dan nasib interaksi manusia yang berlangsung secara menyeluruh”  ( Simmel, 1906/1950 : 334 )
Ø  Pertikaian dan Persaingan
·         Pertikaian
Signifikansi Sosiologis dari pertikaian, secara prinsipil belum pernah disangkal. Pertikaian dapat menjadi penyebab atau pengubah kelompok-kelompok kepentingan, organisasi-organisasi, kesatuan-kesatuan, dsb. Dalam kenyataan, faktor-faktor disosiatif seperti kebencian, kecemburuan, dan selanjutnya, memang merupakan penyebab terjadinya pertikaian. Dengan demikian, pertiakaian ada untuk mengatasi pelbagai dualisme yang berbeda. Pertikaian mengatasi ketegangan antara hal-hal yang bertentangan.
Terdapat dua masalah yang secara konsisten menjadi objek telaah ilmu-ilmu tentang manusia, yakni manusia dan kelompok, sehingga tidak ada masalah ketiga. Ada pertikaian yang tampaknya menyampingkan semua unsur, misalnya, apabila terjadi perkelahian antara perampok dengan korbannya. Apabila perkelahian itu bertujuan untuk membunuh atau menghancurkan pihak lain, maka sama sekali tidak ada unsur-unsur pemersatu. Namun apabila ada pembatasan terhadap berlakunya kekerasan, maka ada faktor kerjasama, walaupun hanya sebagai suatu kualifikasi terhadap kekerasan.
·         Persaingan
Suatu ciri yang menonjol dari persaingan adalah bahwa dalam proses itu terjadi pertikaian yang tidak langsung. Apabila satu pihak menindas musuhnya atau merugikannya secara langsung, maka tidak terjadi persaingan. Secara umum persaingan hanya menunjuk pada kegiatan yang dilakukan secara paralel, untuk mencapai tujuan yang sama. Pada persaingan terdapat dua kombinasi :
v  Apabila suatu kemenangan terhadap lawan merupakan kebutuhan pertama secara kronologis, maka hal itu sendiri tak akan ada artinya. Dengan demikian, hasil suatu persaingan tidak berisikan tujuannya, sebagaimana halnya apabila seseorang marah, balas dendam, dan lain sebagainya, yang merupakan unsur yang mendorong terjadinya perkelahian.
v  Tipe persaingan yang kedua sangat berbeda dengan bentuk atau jenis pertikaian lainnya. Dalam hal ini persaingan hanya berlangsung antara pihak-pihak, tanpa usaha menyingkirkan lawan. Yang menjadi prioritas utama adalah tujuan, dan bukan lawan.
Persaingan secara modern digambarkan sebagai suatu perjuangan dari semua terhadap semua, dan dari semua untuk semua. Tidak jarang sebagai akibatnya timbul tragedi yang berakibat unsur-unsur sosial suatu kesatuan saling bertentangan. Akan tetapi semua akibat tersebut, sebenarnya merupakan tambahan pada kekuatan persaingan untuk mempersatukan. Persaingan, secara sosiologis merupakan suatu jaringan konsentrasi terhadap pikiran, perasaan, dan kemauan sesama manusia.
2.      Kritik Terhadap Pemikiran Georg Simmel
Dalam hal mengkritisi gagasan Georg Simmel, kelompok kami memiliki beberapa pendapat, misalnya bahwa penitikberatannya pada bentuk mengandaikan adanya tatanan yang sebenarnya tidak ada, dan bahwa kelihatannya ia sedikit kebingungan ketika melihat struktur sosial, di satu sisi hanya sebagai bentuk interaksi dan di sisi lain sebagai sesuatu yang koersif dan terlepas dari interaksi. Kritiknya adalah bahwa Simmel tidak mengusulkan jalan keluar dari tragedi kebudayaan, karena ia memandang keterasingan sebagai bagian dari kondisi manusia bagi Simmel, putusnya hubungan antara kebudayaan subyektif dengan kebudayaan obyektif lebih sebagai bagian dari “harkat manusia”. Sifat Simmel yang tidak terlalu percaya diri karena adanya hambatan dari latar belakang hidupnya sebagai seorang Yahudi yang hidup di era Antisemitisme, sehingga karya-karyanya tidak terpublikasi dengan baik. Tak diragukan lagi kritik kepada Simmel yang paling sering dikutip adalah karakter karya-karyanya yang terpisah-pisah. Simmel dituduh tidak mempunyai pendekatan teoritis koheren, namun hanya memiliki serangkaian pendekatan framentaris atau “impresionistik”. Memang benar bahwa seperti kita kemukakan disini, Simmel memfokuskan perhatiannya pada bentuk dan tipe asosiasi, dan hal tersebut nyaris bukan merupakan kesatuan teoritis seperti yang dapat ditemukan pada pemikiran para pendiri sosiologi lainnya. Karakter karya Simmel itu sendiri : berseraknya topik, kegagalannya mengintegrasikan materi-materi terkait, kekurangan pernyataan umum koheren, dan sikap ceroboh terhadap tradisi akademik.
Pendapat-pendapat Simmel pada umumnya tidak didukung fakta yang disusun secara sistematis, sebagaimana halnya yang dilakukan oleh Durkheim atau Weber. Meskipun  Simmel memiliki pendekatan unik, namun harus ia akui bahwa di tengah-tengah keberhasilan keilmuan Simmelian, bagi para pembaca tetap tersisa pengalaman Simmel yang tak terabaikan sebagai seorang penulis yang tidak sistematis. Banyak orang menganggap bahwa karyanya sangat menarik, namun hampir tidak seorang pun yang tahu bagaimana mempraktikkannya sebagai pendukung mati-matian ilmu sosial Simmelian. Meski sangat sedikit orang yang menganut pemikiran Simmelian,  Simmel acap diakui sebagai  seorang “inovator gagasan dan tolok ukur teoritis”. Inilah yang benar-benar diinginkan Simmel. Konsekuensinya, Simmel seringkali dipandang sebagai sumber alami bagi wawasan yang harus digali bagi hipotesis empiris ketimbang sebagai satu kerangka kerja koheren bagi analisis teoritis.
Karya Simmel bersifat fragmentaris jika hal itu yang dijadikan untuk menilai Simmel, jelas ia dinilai dari kegagalan gagasannya yang hanya dapat diselamatkan oleh karya yang dilakukan oleh para penerus ilmiahnya. Karya Simmel terdapat “elemen humanisme lebih besar yang tidak dapat direduksi dan selalu ada kemungkinan untuk mengambil sesuatu yang penting darinya secara langsung, yang tidak dapat diserap oleh proposisi ilmiah yang impersonal.” Dengan seluruh teoretisi klasik ini, penting bagi kita untuk membaca tulisan-tulisan aslinya, sekalipun dalam versi terjemahan.




Kesimpulan:
Dari penjelasan mengenai teori-teori yang disajikan oleh Simmel mengenai pertikaian dan persaingan dapatlah ditarik kesimpulan, bahwa Simmel berusaha untuk mengembangkan teori-teori yang berdasarkan pada bentuk dasar proses sosial. Pendekatan itu disebut sosilogi formal. Pendapat Simmel yang menyatakan bahwa dalam organisme secara menyeluruh terdapat dorongan untuk bersikap bermusuhan, halmana menimbulkan kebutuhan untuk membenci dan berkelahi. Dorongan itu bercampur dengan impulsi untuk jatuh cinta, dan di batasi oleh kekuatan yang ada pada hubungan social. Simmel berpendapat bahwa sumber utama pertikaian terletak pada unsur biologis manusia sebagai pelaku.



















DAFTAR PUSTAKA

v  Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Kencana.
v  Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. 2008. Teori Sosiologi. Bantul : Kreasi Wacana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar